Sumber Gambar; www.republika.co.id
Kehadiran banjir yang melanda tanah air pada
tahun ini, sungguh miris, terlebih lagi aktivitas masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, mati total. Salah satu dampak yang akan terjadi
adalah angka kemiskinan yang meningkat, didasari pada kenyataan yang sudah
terjadi, misalnya; rumah yang terendam dan rusak, serta hal-hal lain yang
menjadi penopang hidup masyarakat miskin. Banjir bagaikan hitler sang pembunuh massal,
tidak peduli terhadap orang-orang miskin dan orang-orang kaya, tidak peduli
anak kecil maupun tua, karena banjir berlaku bagi setiap manusia di dunia ini.
Banjir adalah salah satu bencana alam yang tak
bisa dikalahkan dengan cepat, membutuhkan proses yang lama dan cemerlang agar
banjir kapok dan tidak membuat masyarakat ketakutan. Namun proses lama yang
selalu dibicarakan oleh kaum elit politik selama ini, telah membuat rakyat
semakin sadar, bahwa suara tersebut hanyalah bualan yang diterpa angin kemudian
menghilang. Apalagi banjir selalu melanda setiap tahun, bahkan ketika hujan
lebat datang. Salah satu yang tidak pernah bisa diatasi atau ditanggulangi
selama ini adalah pasukan banjir yang ada dimana-mana, pasukan ini akan
menyerang ketika sang tuan turun ke Bumi untuk memerintahkan mereka sebagai
pasukan militer yang hebat dan kokoh. Bahkan tidak dapat dibendung oleh
cipratan tangan sang manusia.
Sampah = Angkatan Militer Air
Sumber Gambar; www.republika.co.id
Melihat berbagai macam gejala-gejala yang
dipublikasikan lewat media selama ini, pasukan (militer) banjir bukanlah kesalahan
pemerintah seutuhnya, melainkan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan
yang bersih dan sehat, dipasar misalnya; sampah bertumpukan dimana-mana, mulai
dari sampah organic sampai sampah non-organic. Hal ini, pada dasarnya
masyarakat sudah dan tidak sadar telah menciptakan militer banjir yang siap
menyerang sewaktu-waktu. Karena membuang sampah sembarangan adalah salah satu
penciptaan militer yang tak terkalahkan.
Selain itu, karya-karya tangan manusia yang
diprogramkan melalui berbagai macam program pemerintah, hanyalah sebuah
cipratan tak bermutu, karya tersebut bukanlah karya pemikir sejati, melain
pemikir bak perut yang selalu
kelaparan. Salah satu cipratan tak bermutu mereka adalah jebolnya tanggul
bendungan, dan yang lainnya, padahal tanggul bendungan tersebut tidak lama
dibuat. Meski demikian, alur ini terus berjalan tanpa henti, bagai air yang
selalu mengalir. Para pembuat karya hanya mementingkan kepentingan sesaat
mereka, tak mementingkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Jebolnya Tanggul = Karya Terbaik Tangan Manusia Yang Tak Bermutu
Sumber Gambar; posmetrobatam.com
Kepedulian media terhadap setiap kejadian
menjadi bagian penting dalam mengetahui informasi yang ada, masyarakat yang
lain bisa melihat nasib saudaranya yang terkena musibah, sehingga sadar akan
proses musibah yang telah menimpa, yakni jangan pernah menciptakan
militer-militer banjir, yakni dengan cara; membuang sampah disembarangan
tempat, menciptakan karya yang tak bermutu (pembuatan bendungan), merusak alam,
merusak pembuangan air, dan yang lainnya. meski demikian, kesadaran masyarakat
akan hal tersebut masih panas-panas tahi ayam. Namun pertanyaan saya adalah; untuk
siapa banjir ini datang?
Melihat kisah-kisah sedih dan pilu di media
akhir-akhir ini, saya mendapatkan satu kesimpulan yang menarik, bahwa pada
dasarnya penderitaan yang diakibatkan oleh banjir hanyalah untuk kalangan
miskin, karena media lebih banyak memperlihatkan kesedihan kalangan miskin
ketimbang kalangan kaya. Pemerintah tidak pernah bersedih, melainkan mereka
ikut merasakan kesedihan masyarakat, orang-orang kaya tidak akan merasakan
penderitaan, melainkan mereka hanya terkena masalah kecil, karena penopang
hidup mereka sudah terjamin. Sedangkan masyarakat miskin, selain kehilangan
hal-hal yang berharga seperti rumah, barang-barang berharga, pendapatan, dan
yang lainnya, juga jaminan kehidupan mereka tidak ada sama sekali.
Sumber Gambar; www.voaindonesia.com
Salah satu kenyataan yang miris adalah adanya
kepentingan politik dibalik bencana yang ada. para elit politik memiliki
kesempatan untuk berbela sungkawa, membuat janji-janji manis, dan berharap
pengorbanan mereka berbalas suara pada saat pemilihan tiba.
Banjir…, oh banjir, kau adalah pembunuh masal
yang tak nyata. Namun, kenyataannya juga bahwa kau diharapkan untuk hadir
secara tidak sadar, dengan cara masyarakat masih belum sadar akan lingkungan
bersih dan sehat.
Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :
0 komentar:
Posting Komentar
Hey…, sahabat-sahabat bloger, semoga sukses selalu dalam berkarya melalui tulisan… Jangan lupa meninggalkan jejak anda di blog saya ini. Terima kasih.