Kondisi ekonomi yang memburuk (bangkrut) membuat
orang tua Dini harus pindah dari kota menuju desa, dimana desa tersebut adalah
desa yang dulu ia pernah tinggal waktu pindah ke kota. Orang tuanya Dini,
ditipu oleh perusahaan bohongan yang mengaku sudah bergelut sudah lama di dunia
bisnis. Malam itu, sebelum orang tuanya Dini, Dini dan adeknya Dini berangkat
pulang ke desa meninggalkan rumahnya yang megah. Malam itu, ibunya Dini, keluar
kamar dengan muka kusam dan lemas, karena tak menyangka suaminya bisa kena
tipu, hingga harus menjual rumah kesayangannya.
Saat ibunya Dini duduk di sofa, tempat mereka
biasa berdiskusi bersama masalah keluarga, tiba-tiba pak Dini datang dengan
wajah yang lusuh dan lemas, seperti sudah tidak memiliki gairah lagi untuk
hidup. Sambil memegang kepalanya, pak Dini bertanya kepada istrinya.
Pak
Dini : ibu kenapa…? Kok wajahnya
kusut kayak gitu…?
Ibu Dini : bapak juga kenapa…? Pegang kepala
kayak orang sakit kepala aja…!
Pak Dini : gak apa-apa kok buk…, bapak cumen gak
nyangka aja dengan semua kejadian ini, baru aja kita pindah ke kota dan bisa
beli rumah, ternyata kita harus kembali lagi ke desa.
Ibu Dini : sabar aja yah…! Mungkin ini adalah
kehendak Yang Maha Kuasa, mudahan dengan cobaan ini, kita semakin kuat dalam
menerima cobaan yang lain.
Pak Dini : ya buk…, semoga saja ujian ini kita
bisa hadapi dengan tabah.
Saat mereka berdua asik ngobrol, mereka tidak
tahu bahwa Dini mendengar pembicaraan mereka, kemudian Dini menghampiri kedua
orang tuanya dengan wajah sedih. Hal itu membuat mereka terkejut dan mencoba
menenagkan Dini agar tidak bersedih lagi.
Pak Dini : kenapa kamu nak…? Kok kamu sedih
begitu…?
Ibu Dini : sini…, duduk ditengah biar kami bisa
memeluk anak ibu yang cantik dan cerdas ini.
Dini : Dini terdiam sambil mengusap air matanya.
Ibu Dini : maafin bapak sama ibu ya…!
Dini : gak apa-apa kok buk, Dini gak baik-baik saja. Dini
cumen sedih karena harus tertimpa masalah kayak gini, padahal belum lama kita tinggal
disini, dan Dini sudah punya banyak temen.
Pak Dini : maafin bapak nak…! Bapak terlalu
bodoh, bapak terlalu percaya dan yakin, namun kenyataannya bapak harus ditipu
mentah-mentah seperti ini. Sekarang bapak gak bisa berbuat apa-apa lagi. Maafin
bapak nak…! Pak Dini mencoba membuat Dini menjadi lebih tenang, sambil
memeluknya.
Dini : maafin Dini juga pak. Buk, maafin Dini jika Dini
salah dan durhaka sama bapak dan ibu.
Ibu Dini : gak nak…, Dini adalah anak bapak dan
ibu yang paling baik, bahkan, bapak sama ibu bangga sama Dini, Dini bisa
mengerti kondisi bapak sama ibu. Dini dan Rian adalah malaikat ibu.
Setelah Dini merasa lega, ia pun akhirnya
kembali kekamarnya untuk istirahat, kedua orang tuanya juga beranjak
meninggalkan ruang tamu menuju kamar untuk istirahat.
Malam terakhir mereka merasakan kenyamanan
rumahnya pun mereka nikmati dengan beristirahat dengan nyenyak, tanpa harus
terlalu memikirkan masalah yang sudah menjadi bubur. Menjelang pagi, adzan
subuh mereka sudah bangun untuk sama-sama menunaikan kewajiban mereka sebagai
umat islam. Dengan harapan, semoga masalah yang menimpa mereka bisa dihadapi
dengan sabar dan tabah. Terutama bagi Dini dan Rian, yang tak seharunya ikut
menanggung beban karena kelalaian bapaknya.
Selesai sholat subuh berjamaan, mereka mengemas
barang-barang yang akan dibawa pulang kedesa. Segala peralatan yang masih bisa
dipakai, mereka bawa agar tidak terlalu merepotkan kakek dan neneknya Dini. Matahari
pun sudah mulai menampakkan diri, bertanda bahwa mereka harus segera bergegas
meninggalkan rumahnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, jika
tidak maka mereka akan diusir secara paksa.
***
Dini adalah seorang gadis yang cantik, berkulit
putih bersih, berambut hitam dan panjang, dan umurnya masih 17 tahun. Dengan kepribadian
yang baik dan tidak sombong membuat Dini disukai oleh masyarakat Sekar Ayu, dan
ia adalah cucu kesayangan kakek dan neneknya. Desa sekar ayu adalah desa yang
terpencil, dengan kondisi listrik yang sering mati, namun konstruksi jalan bisa
dikatakan lumayan bagus, tidak membuat masyarakat sekar ayu kerepotan menjual
hasil sawahnya. Desa sekar ayu adalah desa yang makmur, dengan kondisi air yang
selalu mengalir setiap saat, pemandangan yang selalu hijau, serta jauh dari
kerusuhan, perampokan, pencuRian dan yang lainnya. hal ini dikarenakan desa
sekar ayu memiliki masyarakat yang kompak dan solidaritas yang tinggi.
Sebagai seorang anak pertama, Dini sudah
diajarkan tentang kasih sayang, kejujuran, tidak boleh memiliki sifat sombong,
dan yang lainnya, dari kecil oleh kakek
dan neneknya, sehingga Dini tumbuh dengan hati yang lembut dan baik hati,
sesuai dengan kecantikan wajahnya, sehingga Dini adalah salah satu gadis
rebutan para cowok-cowok. Walaupun para cowok berkompetisi merebut hati dan
kebaikannya Dini, namun mereka tetap mengatasnamakan persaudaraan alias siapapun
yang dapat, namun tidak ada permusuhan sama sekali. Inilah pondasi dasar yang diajarkan para orang
tua masyarakat sekar ayu, kepada anak-anak mereka, apapun permasalahannya,
persaudaraan tetap terjaga untuk selamanya.
***
Diperjalanan pulang, Dini dan Rian merasa
bahagia, karena akan bertemu dengan kakek dan nenek kesayangan mereka, mereka membayangkan
seakan-akan sudah berada didepan rumah kakek dan neneknya. Pak…, apa kakek dan
nenek sudah tahu kedatangan kita…? Tanya Rian. Belum tahu nak…, bapak gak kasih
tahu agar menjadi kejutan buat kakek dan nenek. Rian seneng gak bisa ketemu
kakek dan nenek…? Seneng pak. Jawab Rian dengan nada bahagia.
Dengan wajah yang berseri-seri Dini dan Rian,
semakin tidak sabaran untuk bertemu dengan kakek dan neneknya, orang tuanya pun
semakin merasa tenang dan bahagia melihat kedua anaknya bahagia. Dalam hati,
pak dini berucap sambil mengelus dada, Ya Allah…, terima kasih Engkau telah
memberikan hamba kebahagiaan yang tiada bandingnya. Ibu dini yang melihat
suaminya dan kedua anaknya begitu bahagia, membuatnya semakin nyakin bahwa
dibalik cobaan ini akan datang kebahagiaan yang besar.
Akhirnya…, setelah lama beradu dengan jalan yang
berliku-liku, mereka pun sampai, pak dini mencoba lebih pelan menyetir mobil
agar merasakan aroma desa yang selama ini menjadi bagian dari kehidupannya,
desa yang banyak memberikan berkah yang luar biasa. Desa yang memberikan
kehidupan layak bagi setiap warga sekar ayu. Begitu juga dengan apa yang
dirasakan oleh istrinya, dengan menghirup udara segar sekar ayu, membuat buk
dini merasa bahagia, kebahagiaannya seolah-olah obat yang mujarab bagi masalah
yang menimpanya.
Rian : horeeee…., kita mau sampai rumah kakek.
Dini : buk…, akhirnya mau sampai juga dengan rumah kakek,
gimana ya keadaan kakek dan nenek sekarang?
Ibu dini : kakek dan nenek baik-baik saja nak,
mereka berdua masih kuat dan tegar walau umurnya sudah tua.
Pak dini : kan dini selalu mendo’akan untuk
kesehatan kakek dan nenek terus, karena dengan do’anya dini, akan menjaga kakek
dan nenek dari marabahaya, dan Allah SWT akan selalu menjaga kakek dan nenek.
Dini : ya, dini tau pak, buk. Akan tetapi, sejak dini
melangkah meninggalkan rumah kakek, sejak itulah dini gak pernah tau kabarnya
kakek dan nenek.
Setelah melewati beberapa tikungan, akhirnya
mereka pun sampai didepan rumah, rian dan dini yang melihat kakeknya sedang
menyiram bunga dideket pintu gerbang, rian dan dini pun bergegas turun dan
berlari kearah kakeknya sambil berteriak. Kakeeeeeeek…, sahut dini dan rian. Teriakan
dini dan rian membuat kakek terkejut, hingga selang penyiram tanaman dibaung
tanpa sadar. Kakek pun mengulurkan tangannya dengan tanda agar dipeluk sama
kedua cucu kesayangannya. Gimana kabarnya kakek…? Tanya dini setelah melapas
pelukannya. Kakek baik-baik saja. Kakek kangen sama dini dan rian. Kami juga
kangen banget kek…, sahut bersamaan. Nenek mana kek…? Tanya rian. Nenek lagi
didapur, sana peluk nenek, karena neneknya rian kangen banget sama manjanya
rian. Jawab kakek sambil mencubit pipi tembemnya rian.
Tanpa basa-basi lagi, dini dan rian pergi
berlari masuk rumah untuk memberiak kejutan kepada neneknya.
BERSAMBUNG…!!!