Sumber Gambar; http://portalunique.blogspot.com
Suasana duka menjadikan ribuan tetesan air mata
membasahi bumi, melewati pipi-pipi lesu yang berwajah lusuh, berteriak bagai
tak ikhlas, memberontak seakan-akan bukan rumah abadi, dikerumi dengan
wajah-wajah iba dengan nada-nada halus sebagai ucapakan duka. Rasa malu yang
dulu ada kini telah sirna, karena nyawa telah pulang menuju rumah aslinya,
hanya terbujur kaku dan membentang keras bagai kayu yang kokoh.
Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing,
berjalan kesana kemari menantang rasa lelah, sebagai bentuk rasa kemanusiaan
dan solidaritas. Sedangkan dia, hanya diam tanpa kata, tersenyum pun tak mampu,
apalagi mengucap ucapan terima kasih sebagai rasa syukur telah hadir dalam
kebisuannya.
Ketika waktu telah berkata “saatnya telah tiba”,
tak ada yang mampu menahan kepergiaan, hanya mampu menangis dan lemah bagai tak
pernah makan satu bulan. Keikhlasan seolah-olah telah menantang agar umat
manusia menjadi manusia yang lebih baik, berjiwa tegar, serta memiliki kesabaran
yang kuat dalam menghadapi cobaan, bahkan memiliki semangat hidup tinggi dalam
bimbingan Allah SWT melalui agama kebebasan, agama pemberi berita, agama yang
akan membawa umat manusia menuju keridhoanNya, yaitu agama islam.
Dengan iringan kaki yang berlomba-lomba menuju
persinggahan terakhir, melangkah dengan beban yang tak mampu dirasakan, hanya
yang lepas jiwanyalah yang akan menikmati kepedihan atau keselamatan. Yang di
tinggal, hanya mampu memberikan do’a untuk keselamatannya. Rumah pun telah
dibuat begitu sederhana, sesuai dengan panjang badan tanpa beralasan kemewahan,
hanya beberapa kain dan bamboo sebagai penyanggah agar tidak merasa keusangan.
Kemudian, akan terdengar siraman rohani akan
hakekat manusia yang hanya sekedar numpang untuk pembuktian diri, pembuktian
yang akan membawa keselamatan bagi setiap umat manusia yang ‘sadar’. Iringan do’a
dan isak tangis menjadi alunan nada yang tak dapat dimatikan; seperti saat
mendengar radio dengan lagu yang tidak asik, kemudian dimatikan. Namun pada
kenyataannya, sang jiwa yang telah pergi meninggalkan badan tertidur pulas
bagai sedang bermimpi.
Dan kini…, kaki-kaki penghantar telah kembali
pulang, suara tangis kembali reda dengan waktu yang terus berlalu, aktivitas
kehidupan pun telah dijalankan seperti biasanya.
Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :
0 komentar:
Posting Komentar
Hey…, sahabat-sahabat bloger, semoga sukses selalu dalam berkarya melalui tulisan… Jangan lupa meninggalkan jejak anda di blog saya ini. Terima kasih.