Sekali
lagi; perlu kita camkan bersama bahwa ketika onani masih kita anggap sebagai
hal yang negatif, maka; ketika anda membaca tulisan ini, anda terlebih dahulu
membuang makna negatif tersebut dan mengarahkannya kearah makna yang positif,
guna menyamakan persepsi agar kita sama-sama mencapai yang sama. Hal ini saya
maksudkan sebagai bentuk menghilangkan prasangka buruk terhadap sesuatu yang
selama ini kita anggap buruk, namun ketika kita maknai dengan baik, akan
menjadi sesuatu yang lebih baik. Dengan catatan bahwa ‘tidak selamanya sesuatu
itu buruk, dan tidak selamanya sesuatu itu baik’.
Teori
onani didasarkan pada kepuasan seseorang akan sentuhan-sentuhan yang diciptakan
melalui berbagai macam keadaan. Ketika onani dianggap sebagai bentuk pelampian untuk
mencapai kepuasan diri bukan kelompok, maka dalam hal ini, kita akan menciptakan makna kepuasan bersama
melalui berbagai macam kegiatan yang akan dilakukan. Baik dari tingkat
keluarga, kelompok, hingga pada keseluruhan masyarakat Indonesia. dengan
demikian, untuk mencapai kepuasaan bersama, tentunya, kita harus memiliki berbagai
macam konsep yang matang guna mencapai tujuan yang diinginkan. Konsep tersebut
kemudian ditawarkan melalui berbagai macam program pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat.
Dalam
Teori Onani, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan; pertama, semangat; semangat tiada henti sebelum mencapai
keberhasilan adalah hal yang tercipta tanpa sadar, keberhasilan yang ada didepan
mata mengundang gairah aktivitas yang semakin tinggi. Kedua, kekuatan; tentunya, kekuatan diri adalah sumber keberhasilan
dalam melakukan sesuatu, kekuatan fisik maupun kekuatan daya pikir akan
menghasilkan semangat aktivitas yang tinggi, sehingga masa depan yang jauh akan
semakin merapat.
Ketiga, kondisi;
unsur yang ketiga ini adalah unsur krusial yang harus diperhatikan. Kondisi dalam
beraktivitas membutuhkan kecerdasan berpikir guna meminimalisir dampak-dampak
besar maupun kecil, yang diakibatkan oleh ketidakwaspadaan diri terhadap
lingkungan. Dan, Keempat, waktu; waktu yang salah dalam beraktivitas, baik
secara perorangan maupun kelompok akan mengakibatkan hasil yang tidak
memuaskan, misalnya; menanam padi didaerah yang kering disaat musim panas
adalah hal yang mustahil untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena
itu, waktu yang tepat adalah keberuntungan yang maksimal.
Keempat unsur tersebut menjadi pondasi dasar
yang harus diperhatikan dalam upaya mencapai kepuasaan (hasil) yang maksimal, semangat,
kekuatan, kondisi dan waktu harus dikonsepkan sedemikian rupa, dan bisa menjadi
bagan strategi dalam menciptkan ekonomi yang lebih baik. akan tetapi, evaluasi
tidak boleh dilupakan, evaluasi menjadi bagian terakhir untuk membangun
keberhasilan yang berlangsung secara terus menerus. Tolak ukur keberhasilan
harus dibandingkan dengan hasil-hasil yang sudah didapatkan, hal tersebut
dilakukan dalam rangka penelitian keberhasilan dan motivasi untuk meningkatkan
hasil yang lebih baik lagi.
Tentunya;
Pemerintah merupakan salah satu penggerak utama dalam hal ini, karena selain
sebagai wakil rakyat, pemerintah juga berkewajiban mengembangkan dan
memberdayakan masyarakat sesuai dengan amanat UU yang ada. pendukung penggerak utama
adalah generasi muda, generasi yang memiliki kekuatan dan semangat yang tinggi
untuk mengawali kesejahteraan guna kemandirian masyarakat secara utuh.
Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :
keren tulisannya..cantumin refrensinya juga donk biar kita juga tauuu hehehe
BalasHapusthu gak ada refrensinya tapi aku sendiri yang buat teori onani.
Hapusma kasih ya atas kunjungannya.