Rss Feed Facebook Twitter Google Plus
Nikmatilah setiap detik anda membaca ARTIKEL, PUISI, HUMOR, CEPEN dan yang lainnya, semoga bermanfaat dan bisa menjadi motivasi anda dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin.

post:


Minggu, 22 Desember 2013

CINTA SATU MINGGU





malam yang indah, malam penuh harapan, dengan sejuta mimpi dalam setiap detik nafas yang terhembus dalam tidur yang nyenyak, menghayal tentang wajah mu yang cantik nan berseri adalah hal yang tak terlupa oleh ku, berharap kehadiran mu menjadi tanda engkau lah jodoh yang dipilihkan Tuhan untuk ku. namun sayang…, Malam tanpa mimpi seakan-akan membuat malam ku tanpa bintang, resah terasa ketika harus bangun tanpa hadirnya senyuman. Namun…, itulah kenyataan, hingga pagi ku terbangun dengan kumandang Adzan Shubuh yang terdengar merdu dekat kos ku.

saat aku menyalakan lampu kamar ku, telihat suratnya Ifa, tergelatak di kasur ku, dan inilah satu-satunya yang membuat ku tersenyum sambil mencium bau harumnya yang menyejukkan jiwa ku. hingga lamunan akan bayangan wajahnya kembali menyelimuti ku. Latifa Anggraini…, oh Latifa Anggraini, kaulah pagi ku yang indah, kaulah bahagia ku yang mendamaikan hati ku, kaulah Latifa ku, wanita idaman ku. tak lama berselang setelah lamunan indah ku, suara Adzan Shubuh pun berakhir, menandakan aku harus berangkat ke mushola untuk sholat berjamaah seperti biasa. Saya pun bersiap-siap dengan pakaian sholat dan peci hitam kesayangan ku, peci yang tak pernah aku ganti karena peci tersebut adalah pemberian ibu ku tersayang, dengan pesan; jadikanlah peci ini menjadi sahabat dalam setiap sholat mu, jangan pernah untuk sia-siakan. Sehingga setiap aku sholat, peci inilah yang menjadi teman setia ku, teman yang mengerti akan keadaan ku jika ia mampu berbicara.

Setelah sampai di mushola, tiba-tiba dari belakang ada yang memanggil ku. Tori…, Tori…, tunggu…!!! Suara lembut dan merdu. Saat aku menengok kebelakang, “kirain siapa, ternyata wanita si penggoda (WSP)” guman ku dalam hati.

WSP    : mau kemana…?
Tori      : sudah tahu aku pake peci, kok nanya lagi…?
WSP    : jawabnya sinis banget sih, tor…, salah aku apa…?
Tori      : gak salah apa-apa. Emang ada apa tante…?
WSP    : gak ada apa-apa. Pingin ngobrol ma kamu aja…!
Tori      : aku mau sholat shubuh dulu, entar ketinggalan. Tante gak ikut sholat shubuh…?
WSP    : temenin tante ngobol dong, tante gak punya temen ngobrol nih, Tori mau, kan…?
Tori      : bukannya gak mau tante, tapi aku mau sholat shubuh dulu. Emang tante gak sholat…?
WSP    : gak, tante lagi gak sholat nih…! Ya dah lo gitu, tapi setelah sholat tante tunggu di kos ya…?
Tori      : insyaAllah tante…, ya dah, aku sholat dulu…!

Saya pun meninggalkannya dengan sedikit rasa takut akan ajakannya. Namun, saat aku melihat ke belakang, ia masih berdiri ditempat yang tadi sambil melihat aku. Aku semakin merasa heran dan takut. Apalagi dengan cerita yang selama ini aku dapatkan tentang dia, gonta-ganti pasangan tanpa ada yang melarang. Aku pun pergi mengambil air wudhu’ dan masuk ke mushola untuk sholat berjamaah bersama yang lainnya. Namun sayang…, kumandang adzan yang begitu indah dan merdu, bukan membuat para hamba bangun untuk menunaikan sholat, akan tetapi semakin membuat mereka terlelap. Inilah kondisi sholat biasa, tidak seperti sholat Jum’at dan sholat-sholat yang membuat umat manusia sholat dengan berjamaah, seperti sholat Idhul Fitri dan yang lainnya.

Dengan jumlah apa adanya, sekitar enam orang, sholat pun dijalankan dengan penuh ke-khusuk-an sehingga ada perasaan bahagia tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, saat sholat berakhir ternyata, jamaah bertambah dua orang. Dan dua orang tersebut, bukan berasal dari RT saya, namun jamaah baru yang saya tidak tahu asalnya. Setelah selesai dzikiran dan salam-salaman, saya pun bertanya kepada dua orang tersebut. Mas dari mana…? Saya dari RT sebelah, mas. Jawab salah satu dengan nada sopan. Tumben ya mas, sholat berjamaah disini…? Soalnya gak pernah saya lihat…? Ya mas, kebetulan kami baru pulang dari acara ulang tahun temen, kebetulan kami lewat disini, ya sekalian saja sholat shubuh berjamaah. Jawab salah satunya lagi.

Karena mereka berdua merasa capek sekali, mereka pun pamitan kepada saya. Ya dah mas, kami pulang dulu, pingin istirahat karena dari tadi belum kami tidur sama sekali. Pinta salah satu orang tersebut. Ya dah mas…, selamat beristirahat aja. Jawab saya. Mereka berdua pun beranjak, dan saya pun beranjak balik ke kos. Sekita lima meter dari kos, tidak ku sangka wanita si penggoda (WSP) tadi menunggu dan berdiri sambil menghisap rokok dengan asiknya. ‘Waduh lewat mana nih, jangan-jangan dia mau mengajak saya ke kosnya lagi’ guman saya dalam hati. Namun, saya mencoba menghilangkan perasangka buruk tersebut, dan berjalan biasa-biasa saja, tanpa harus menunjukkan rasa khawatir sama sekali. Saat sampai didepannya, ia pun menegur ku dengan suara lembut.

WSP    : kok lama sekali sholatnya Tor…?
Tori      : gak lama kok tan, tante aja yang mungkin merasa lama menunggu…!
WSP    : mungkin juga, oh ya…, jadi gak temenin tante ngobrol do kos…?
Tori      : tapi, ngomong-ngomong mau ngobrol apa ya tan…?
WSP    : ngobrol biasa-biasa aja, tante pingin curhat sama Tori…!
Tori      : tapi maaf nih tan. Bukannya aku menolak untuk ngobol sama tante, tapi aku mau ngerjain tugas dari dosen, soalnya pagi ini harus jadi, entar siang sekitar jam setengah sebelas aku mau presentasi tan. Jadi maaf ya, aku gak bisa.
WSP    : segitunya kamu Tor sama tante. Tante lagi punya masalah, Cuma kamu aja yang bisa memberi ku ketenangan…!
Tori      : sekali lagi, saya minta maaf banget tante. Aku betul-betul gak bisa deh…!
WSP    : ah kamu ini, alasan aja. Tapi gak apa-apa dah, lain kali awas kalo gak mau temenin tante ngobrol…! Dengan nada kesel.
Tori      : ya tan, insyaAllah lain kali, Tori pasti bisa.

Wanita penggoda tersebut pun meninggalkan saya menuju kosnya, dengan wajah dan nada yang agak kesal. ‘alhamdulillah’ dalam hati saya sambil mengusap dada. Padahal hari ini aku bebas dari tugas kuliah, karena aku mendapat bagian akhir dalam presentasi, jadi agak lebih santai dalam mengerjakannya. Namun, karena hari ini adalah penantian balasan surat ku, jadi aku tidak mau diganggu oleh siapa pun, dan mudahan Indi datang ke kos ku dengan membawa berita gembira buat ku. setelah wanita penggoda itu agak jauh dari pandangan ku, aku pun beranjak menuju kos ku. terasa indah dan berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, ada harapan yang indah yang aku nanti, di mana kegelisahan dan cinta ku akan terjawab hari ini.

Saat sampai dikamar ku, yang ada hanya satu dalam pikiran ku, tertuju pada surat pernyataan cinta Ifa kepada ku, surat yang selalu menjadi penyejuk jiwa ku saat aku menciumnya. Harumnya yang tak pernah hilang, menjadikan aku tak puas-puas menciumnya. Sang matahari pun tampak dari ufuk timur, dengan lantang dan gagah memberikan cahaya kehidupan bagi umat manusia, aku pun demikian, tak habis-habisnya aku berharap, dan tak henti-hentinya melihat jendela kamar, berharap Indi muncul membawa balasan surat ku, apalagi Ifa sendiri yang akan mengantarnya, sungguh adalah kebahagiaan yang tak terkira oleh ku. saat mata tertuju pada jendela, aku melihat seorang wanita yang sedang berjalan menuju kos-kosan ku, aku mengira itu adalah Ifa atau Indi. Namun, sayang. Ternyata wanita tersebut adalah ibu-ibu penjual nasi bungkus keliling. Nasi…, nasi…, suara ibu itu. Nasi…, nasi… mas, mbak. Saya pun mengambil dompet ku, apakah masih ada uang ku tersisa…? Untung saja masih ada yang tersisa, walau hanya Rp. 5.000.

Aku pun keluar kamar dan memanggil ibu-ibu penjual nasi tersebut, untung saja nasi ibu-ibu itu harganya murah, Cuma Rp. 3.500, coba kalau gak, mau dapat apa dengan uang Rp. 5.000. Saat yang bersamaan, Indi pun datang ke kos ku.

Tori      : eh…, indi. Kirain Ifa…! Hehehe…
Indi     : baru datang, langsung bilang gitu, waalaikumsalam…, kek. Walau aku belum bilang assalamualaikum…! Nada indi agak kesel.
Tori      : iya, maaf…, namanya juga kangen sama ifa… hehe…
Indi     : maaf mu, aku gak terima…
Tori      : segitunya sih indi, entar cantiknya hilang lo…!
Indi     : biarin…, mana juga bisa hilang. Weeeeek…
Ibu-ibu penjual nasi           : pacaran kok pagi udah marah-marahan, gak baik lo…! Mendingan beli nasi ibu biar perutnya gak keroncongan, mumpung masih anget…!
Indi     : ngapain pacaran ma muka nyebelin kayak dia, gak banget deh buk. Dia Cuma temen biasa aja kok. Gak lebih, dan gak akan menjadi lebih. Hehe…
Tori      : heemmm…, awas nanti kemakan sama omongannya sendiri.
Indi     : gak bakalan, woooo…, beliin nasi dong, aku juga laper nih Tor…! Pinta indi.
Tori      : hehehe…,
Indi     : kok tertawa, jangan bilang kamu gak ada uang…!
Tori      : emang benar, aku lagi gak punya uang, uang ku Cuma Rp. 5.000. hehe…
Indi     : dasar kamu ini, pelit…
Ibu-ibu penjual nasi           : udah, ini nasinya, besok dah kamu bayar. Ngutang juga gak apa-apa. Yang penting besok dibayar.
Tori      : ma kasih ya, buk…!
Indi     : hari gini…, cowok ngutang. Gak deh…!
Tori      : namanya juga gak punya uang…, yak an buk…?
Ibu-ibu penjual nasi           : ya…, gak apa-apa.

Ibu-ibu penjual nasi itu pun pergi, setelah memberikan dua nasi bungkus kepada saya. Saya pun masuk ke kamar bersama Indi untuk sarapan bareng.

Indi     : kamu gak malu ya, ngutang nasi bungkus…?
Tori      : ngapain malu, namanya juga lagi gak punya uang…!
Indi     : dasar cowok tukang utang…, hehe…
Tori      : gak apa-apa, indi mau ngatain aku apa aja boleh, yang penting indi membawa kabar gembira buat aku.
Indi     : kabar apa…! aku gak bawa kabar apa-apa…! Jawab Indi.
Tori      : jangan becanda deh in…, aku serius nih…!
Indi     : aku juga serius Tor…!
Tori      : jadi Ifa gak nitip surat buat ku…?
Indi     : og masalah itu, bilang dong dari tadi…! Ada nih aku bawa…!
Tori      : ah kamu ini, senangnya buat aku gelisah…!
Indi     : alah…, lebai kamu ini…
Tori      : mana dong suratnya…?
Indi     : gak sabaran banget, makan dulu ah, laper nih…!
Tori      : tapi benaran kan, kamu bawa surat untuk ku dari Ifa…?
Indi     : ya, ngapain aku bohong. Gak ada manfaatnya tau…, ayok dong kita makan, aku dah laper banget nih, loem makan tadi malam…!
Tori      : ya…, ya, bentar. Aku ambilin piring dulu, buat alas nasinya.

Setelah saya mengambil piring untuk alas nasi, kami berdua pun makan dengan nasi bungkus, lauk pauk sederhana, yakni; tempe, kacang panjang, dan mie. Namun kondisi yang saya rasakan berbeda, terasa lebih enak nasinya ketimbang saat saya makan sendirian, kehadiran temen, apalagi temen cewek saat makan memang terasa lebih mengasikkan. Akhirnya setelah makan, aku pun meminta surat yang dikirimin buat saya dari indi. Setelah indi memberikannya kepada saya, dengan harapan cemas yang terlihat dari wajah saya, membuat Indi tersenyum, seolah-olah mau mengolok saya, namun aku tak peduli, karena surat ini mengalahkan segalanya. Bentuknya dan harumnya masih sama seperti surat pertama, yang membuat aku semakin yakin bahwa ini adalah jawaban atas do’a ku.

Saat membuka surat itu, perasaan ku semakin tidak karuan, dan Indi terus seja mengeluarkan kata-kata olokan kepada ku. entah ada getaran apa pada surat tersebut, hingga tangan ku gemetaran saat membukanya. Getaran yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Dengan perlahan, surat itu ku buka, kemudian membacanya;

Dear Tori Alamsyah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sungguh terasa sejuk dan damai jiwa ini, ketika membaca surat mu, aku merasa seolah-olah adalah wanita yang paling bahagia sedunia. Apalagi saat aku mengetahui bahwa engakau juga suka sama saya, dan kita sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah ini pertanda bahwa Tuhan akan memberikan kita kesempatan untuk saling memiliki atau tidak,? karena engaku dan aku memiliki rasa yang sama, rasa yang tak bisa kita ungkapan dengan kata-kata.
Wahai hamba Allah…, mungkin jawaban ku iya, bahwa ini adalah pertanda bahwa kita sudah ditakdirkan untuk saling memiliki, namun aku khawatir apakah engkau akan mencintai ku untuk selamanya, karena kau tidak mengenal ku seutuhnya, karena kita hanya mengenal perasaan cinta dan fisik semata, apalagi kita hanya sama-sama melihat dari jarak jauh. Namun, aku sadar ketika aku mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta kepada mu, perasaan cinta yang tak bisa aku sembunyikan lagi dari diri mu.
Wahai hamba Allah…, jikalau engkau ingin mendengar jawaban ku, aku menrima sebagai kekasih hati ku, menerima mu dengan ketulusan dan apa adanya, bukan karena melihat wajah mu yang tampan, namun dari tutur bahasa mu dan tingkah laku mu yang sopan kepada ku waktu itu. Namun sekali lagi, ada satu hal yang aku takutkan dalam diri ku, ketakutan yang akan membuat ku kecewa, dan engaku juga akan kecewa kepada ku, bahkan kau tidak akan lagi mau menerima ku apa adanya. Ketakutan itu adalah; kesempatan kita untuk hidup itu berbeda, karena Tuhan berkehendak lain kepada diri ku.
Wahai hamba Allah…, jika engaku ingin menemui ku, aku harap engkau datang ke kampus II besok sekita jam setengah lima (16:30). Karena malam ini, aku ingin meminta petunjuk kepada Allah, agar semua yang aku rasakan ini tidak sia-sia, karena kondisi ku saat ini antara ‘takut dan bahagia’. Wahai hamba Allah…, semoga engkau tidak kecewa dengan kata-kata ku ini, maaf jika aku telah menyinggung mu.

By; Latifa Anggraini


Setelah aku membaca surat tersebut, perasaan ku antara ‘bahagia dan heran’, apa maksud dari kata-katanya Ifa…? Namun hal tersebut tidak aku pedulikan, karena Ifa mau menerima ku menjadi kekasihnya dan bertemu dengan ku, hal inilah yang aku tunggu-tunggu. Ifa…, oh Ifa, I Love You, guman ku dalam hati, sambil mencium surat tersebut. Saat aku menciumnya dengan penuh hayatan, tiba-tiba Indi mengejutkan ku, memukul pundak ku dengan tangannya, dan hal tersebut membuat ku terkejut setengah mati. Hayooooo…, ngapain baca surat sambil merenung dan menciumnya seperti orang gila…? Tanya Indi. Ah…, kamu ini, mau tahu urusan orang aja. Jawab ku sambil memasukkan suratnya Ifa kedalam lemari.

Waktu sudah menunjukkan jam Sembilan lebih lima belas menis (09:15), menandakan lima belas menit lagi kami masuk kuliah, aku dan Indi bersiap-siap menuju kampus IAIN tercinta, terutama fakultas Dakwah dan Komunikasi, lebih utamanya lagi adalah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Setelah bersiap-siap, aku dan Indi pun berangkat bersama-sama, dengan menggunakannya motor Indi, agar bensin motor ku gak habis, maklum lagi kangker (kantong kering). Setelah kami sampai di kampus, ternyata dosen Ilmu Komunikasi belum datang, dan waktunya juga masih sekitar tiga menit untuk masuk keruangan kelas.

Saat saya dan Indi berada di depan pintu ruangan, pintu tersebut tertutup dengan rapat, hal tersbeut membuat saya merasa cemas, namun ketika kami membukanya, tiba-tiba temen-temen kelas semuanya berteriak, dengan mengatakan “horeeeee…, selamat ya, ternyata kalian udah jadian, semoga langgeng dan lengket terus”. Siapa yang udah jadian...? kalian salah paham deh terhadap kami. Jawan saya, mengkonfirmasi kepada temen-temen saya bahwa saya tidak pacaran sama sekali dengan Indi. Indi pun kelihatan heran, apalagi saya. Mungkin karena kedekatan ku, akhir-akhir ini sama indi, sehingga temen-temen ku mengira bahwa kami telah jadian. Padahal kedekatan ku sama Indi, karena saya suka sama temennya Indi.

Setelah mereka mengucapkan selamat kepada kami karena salah paham, akhirnya dosen Ilmu Komunikasi pun datang untuk memberikan mata kuliah perdana. Akhirnya, teriakan ucapan selamat pun sepi, tidak ada yang bersuara lagi. Dosen pun duduk dengan happy, dan kami pun akhirnya mendengar dengan seksama beberapa penjelasan dan perkenalannya kepada kami. Dosen yang luar biasa, dengan background ilmu komunikasi dari S1 sampai S2. Dan hal tersebut semakin membuat kami merasa yakin bahwa kami tidak salah jurusan. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam adalah jurusan yang akan mengantarkan kami menuju kesuksesan.

Setelah selesai perkenalan, perkuliahan pertama pun berakhir dengan tepuk tangan yang meriah dan kebahagiaan yang kami rasakan. Perkuliahan perdana Ilmu Komunikasi memberikan inspirasi baru bagi kami semua, jika ingin sukses ‘jangan menunggu orang lain berlari, baru kita memulai’. Inilah saatnya mewujudkan cinta-cinta agar berguna bagi bangsa dan Negara, terutama bagi keluarga (orang tua). Tori…, aku pulang duluan ya, soalnya ada yang harus aku kerjakan dikos. Pinta Indi. Emang mau ngerjain apa…? Jawab saya. Ada deh…, itu urusan cewek. Jawabnya sambil tersenyum. Oke…, hati-hati ya, bentar lagi juga aku mau pulang. Jawab ku. Indi pun beranjak pulang bersama Fifit.

Setelah Indi pulang, temen-temen yang lain pun ikut pulang, tinggal saya dengan Dika, temen kelas yang super gokil, dan penuh dengan humoris, temen ku ini adalah cowok yang paling disukai didalam kelas, karena ada aja kelucuan yang dibuatnya hingga kelas terasa ramai dan tidak membosankan.

Tori      : hey bro…, kamu gak pulang…?
Dika    : gak nih…, mau cari sesuatu di Om Google…! Kamu gak pulang juga…?
Tori      : sama bro…, aku juga mau cari artikel tentang ilmu komunikasi nih di om Google…
Dika    : ilmu komunikasi…, apa ilmu komunikasi. Jangan-jangan cari cewek di Facbook…!
Tori      : gak lah bro…, benaran nih, aku mau cari artikel tentang ilmu komunikasi…, jangan-jangan kamu ya lagi buka FB, bukan google…?
Dika    : ya nih, biasa cari sensasi sama cewek-cewek kenalan baru. Hehehe…
Tori      : dasar tukang FB-an. Coba lihat…?
Dika    : ini kan…, lagi buat status…!
Tori      : wooww…, lebay banget status mu, entar semua cewek pada klepek-klepek…!
Dika    : mudahan bro…, biar gak jomblo terus…, hehehe…
Tori      : oh ya…, dik. Aku pulang duluan ya, ada yang harus aku selesaikan di kos…!
Dika    : tega kamu Tor tinggalin aku sendiri…!
Tori      : bukannya begitu…, tapi benaran nih, ada yang penting yang harus aku selesaikan di kos…!
Dika    : ya dah, aku juga bentar lagi nih.
Tori      : oke dah bro…, moga dapet cewek di FB…!
Dika    : thanks bro…, godluck juga buat kamu.
Tori      : thanks juga bro…

Saya pun berangkat pulang duluan, meninggalkan Dika sendirian sendirian facebookan diruang kelas. Sebenarnya tidak ada yang aku mau kerjakan, namun aku masih penasaran dengan isi suratnya Ifa, surat yang membuat aku bahagia dan bingung dengan kata-katanya “kesempatan kita untuk hidup berbeda, karena Tuhan berkehendak lain kepadanya” dan hal ini membuat ku menjadi tidak tenang walau Ifa telah menerima cinta ku dan mau bertemu besok. Sebenarnya hari ini, aku pingin sekali bertemu dengannya, bercanda, dan melihat senyum indahnya. Namun disisi lain, aku harus menahan kesabaran ku agar Ifa betul-betul tidak menganggapkan terlalu agresif jadi cowok.

Aku pun beranjak pulang sendirian, karena Indi pulang duluan, akhirnya aku harus jalan kaki, kos ku juga tidak terlalu jauh dengan kampus, sehingga gak terlalu capek, itung-itung olah raga siang. Diperjalanan pulang, kejadian yang tak diinginkan terjadi diperempatan belakang kampus, seorang bapak tua ditabarak sama seorang pengendara sepeda motor, untung saja bapak tua tersebut tidak terluka parah, dan pengendara motor juga tidak apa-apa. Namun karena pengendara motor tersebut merasa bersalah, ia pun memberikan sejumlah uang kepada bapak tua tersebut sebagai ucapan minta maafnya.  Bapak tua yang dikasih uang, juga merasa tidak hati-hati, dan tidak mau menerima uang tersebut, namun karena pengendara mengatakan ikhlas kepada bapak tua tersebut, akhirnya ia mau menerima uang itu, dan saya pun kembali melanjutkan perjalanan pulang setelah melihat kejadian itu.

Sebelum sampai di kos, adzan zuhur pun berkumandang dan membuat ku harus mengehntikan langkah ku menuju kos, melainkan menuju mushola untuk sholat berjamaah. Selesai sholat, aku pun kembali ke kos untuk istirahat sambil merenungi apa makna dari kata-katanya Ifa. Setelah sampai kos, aku pun mengambil surat tersebut dan membacanya berulang-ulang kali, namun masih saja makna tersebut menjadi pertanyaan dalam benak ku. Oh…, Tuhan. Apa makna semua ni…? Guman ku dalam hati, sambil memeluk surat itu di dada ku, dan tanpa sadar aku pun terlelap dengan puas, dan bangun sebelum adzan Asyar.

Malam ku pun, tidak jauh beda degan malam-malam kemarin, malam yang indah dan penuh kebahagiaan dan harapan, namun mala mini ditambah dengan kebingungan yang datang dari Ifa, bukan kebingungan sepeti biasa yang datang dari diri ku sendiri. Sungguh ini adalah kebahagiaan ku yang terindah, namun harus ditampar dengan pelan oleh kata-kata yang tak ku mengerti maknanya, akan tetapi, yang jelas bahwa cinta ku sudah tidak bertepuk sebelah tangan, disambut dengan cinta tulus dan apa adanya. Sehinga ku biarkan saja perasaan itu berkembang agar aku mendapatkan jawabannya dari Ifa dan berharap Ifa datang dalam mimpi ku dan menjelaskannya agar aku bangun dengan wajah yang tidak penasaran.

Jika ada belum membaca kisah sebelumnya klik disini (Hari Pertama) dan (Hari Kedua)


Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :

0 komentar:

Posting Komentar

Hey…, sahabat-sahabat bloger, semoga sukses selalu dalam berkarya melalui tulisan… Jangan lupa meninggalkan jejak anda di blog saya ini. Terima kasih.

 

Popular Posts

Data Pengunjung

Putra NTB Menulis (BATUJAI)

Total Tayangan Halaman