malam yang indah, malam penuh harapan, dengan
sejuta mimpi dalam setiap detik nafas yang terhembus dalam tidur yang nyenyak, menghayal
tentang wajah mu yang cantik nan berseri adalah hal yang tak terlupa oleh ku,
berharap kehadiran mu menjadi tanda engkau lah jodoh yang dipilihkan Tuhan
untuk ku. namun sayang…, Malam tanpa mimpi seakan-akan membuat malam ku tanpa
bintang, resah terasa ketika harus bangun tanpa hadirnya senyuman. Namun…,
itulah kenyataan, hingga pagi ku terbangun dengan kumandang Adzan Shubuh yang
terdengar merdu dekat kos ku.
saat aku menyalakan lampu kamar ku, telihat
suratnya Ifa, tergelatak di kasur ku, dan inilah satu-satunya yang membuat ku
tersenyum sambil mencium bau harumnya yang menyejukkan jiwa ku. hingga lamunan
akan bayangan wajahnya kembali menyelimuti ku. Latifa Anggraini…, oh Latifa
Anggraini, kaulah pagi ku yang indah, kaulah bahagia ku yang mendamaikan hati
ku, kaulah Latifa ku, wanita idaman ku. tak lama berselang setelah lamunan
indah ku, suara Adzan Shubuh pun berakhir, menandakan aku harus berangkat ke
mushola untuk sholat berjamaah seperti biasa. Saya pun bersiap-siap dengan
pakaian sholat dan peci hitam kesayangan ku, peci yang tak pernah aku ganti
karena peci tersebut adalah pemberian ibu ku tersayang, dengan pesan; jadikanlah
peci ini menjadi sahabat dalam setiap sholat mu, jangan pernah untuk
sia-siakan. Sehingga setiap aku sholat, peci inilah yang menjadi teman setia
ku, teman yang mengerti akan keadaan ku jika ia mampu berbicara.
Setelah sampai di mushola, tiba-tiba dari
belakang ada yang memanggil ku. Tori…, Tori…, tunggu…!!! Suara lembut dan
merdu. Saat aku menengok kebelakang, “kirain siapa, ternyata wanita si penggoda
(WSP)” guman ku dalam hati.
WSP : mau kemana…?
Tori : sudah tahu aku pake peci, kok nanya lagi…?
WSP : jawabnya sinis banget sih, tor…, salah aku
apa…?
Tori : gak salah apa-apa. Emang ada apa tante…?
WSP : gak ada apa-apa. Pingin ngobrol ma kamu
aja…!
Tori :
aku mau sholat shubuh dulu, entar ketinggalan. Tante gak ikut sholat shubuh…?
WSP :
temenin tante ngobol dong, tante gak punya temen ngobrol nih, Tori mau, kan…?
Tori :
bukannya gak mau tante, tapi aku mau sholat shubuh dulu. Emang tante gak
sholat…?
WSP :
gak, tante lagi gak sholat nih…! Ya dah lo gitu, tapi setelah sholat tante
tunggu di kos ya…?
Tori :
insyaAllah tante…, ya dah, aku sholat dulu…!
Saya pun meninggalkannya dengan sedikit rasa
takut akan ajakannya. Namun, saat aku melihat ke belakang, ia masih berdiri
ditempat yang tadi sambil melihat aku. Aku semakin merasa heran dan takut. Apalagi
dengan cerita yang selama ini aku dapatkan tentang dia, gonta-ganti pasangan
tanpa ada yang melarang. Aku pun pergi mengambil air wudhu’ dan masuk ke
mushola untuk sholat berjamaah bersama yang lainnya. Namun sayang…, kumandang
adzan yang begitu indah dan merdu, bukan membuat para hamba bangun untuk
menunaikan sholat, akan tetapi semakin membuat mereka terlelap. Inilah kondisi
sholat biasa, tidak seperti sholat Jum’at
dan sholat-sholat yang membuat umat manusia sholat dengan berjamaah, seperti
sholat Idhul Fitri dan yang lainnya.
Dengan jumlah apa adanya, sekitar enam orang,
sholat pun dijalankan dengan penuh ke-khusuk-an sehingga ada perasaan bahagia
tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, saat sholat
berakhir ternyata, jamaah bertambah dua orang. Dan dua orang tersebut, bukan
berasal dari RT saya, namun jamaah baru yang saya tidak tahu asalnya. Setelah
selesai dzikiran dan salam-salaman, saya pun bertanya kepada dua orang
tersebut. Mas dari mana…? Saya dari RT sebelah, mas. Jawab salah satu dengan
nada sopan. Tumben ya mas, sholat berjamaah disini…? Soalnya gak pernah saya
lihat…? Ya mas, kebetulan kami baru pulang dari acara ulang tahun temen,
kebetulan kami lewat disini, ya sekalian saja sholat shubuh berjamaah. Jawab
salah satunya lagi.
Karena mereka berdua merasa capek sekali, mereka
pun pamitan kepada saya. Ya dah mas, kami pulang dulu, pingin istirahat karena
dari tadi belum kami tidur sama sekali. Pinta salah satu orang tersebut. Ya dah
mas…, selamat beristirahat aja. Jawab saya. Mereka berdua pun beranjak, dan
saya pun beranjak balik ke kos. Sekita lima meter dari kos, tidak ku sangka
wanita si penggoda (WSP) tadi menunggu dan berdiri sambil menghisap rokok
dengan asiknya. ‘Waduh lewat mana nih, jangan-jangan dia mau mengajak saya ke
kosnya lagi’ guman saya dalam hati. Namun, saya mencoba menghilangkan
perasangka buruk tersebut, dan berjalan biasa-biasa saja, tanpa harus
menunjukkan rasa khawatir sama sekali. Saat sampai didepannya, ia pun menegur
ku dengan suara lembut.
WSP : kok lama sekali sholatnya Tor…?
Tori : gak lama kok tan, tante aja yang mungkin
merasa lama menunggu…!
WSP : mungkin juga, oh ya…, jadi gak temenin
tante ngobrol do kos…?
Tori : tapi, ngomong-ngomong mau ngobrol apa ya
tan…?
WSP : ngobrol biasa-biasa aja, tante pingin
curhat sama Tori…!
Tori :
tapi maaf nih tan. Bukannya aku menolak untuk ngobol sama tante, tapi aku mau
ngerjain tugas dari dosen, soalnya pagi ini harus jadi, entar siang sekitar jam
setengah sebelas aku mau presentasi tan. Jadi maaf ya, aku gak bisa.
WSP :
segitunya kamu Tor sama tante. Tante lagi punya masalah, Cuma kamu aja yang
bisa memberi ku ketenangan…!
Tori :
sekali lagi, saya minta maaf banget tante. Aku betul-betul gak bisa deh…!
WSP :
ah kamu ini, alasan aja. Tapi gak apa-apa dah, lain kali awas kalo gak mau
temenin tante ngobrol…! Dengan nada kesel.
Tori :
ya tan, insyaAllah lain kali, Tori pasti bisa.
Wanita penggoda tersebut pun meninggalkan saya
menuju kosnya, dengan wajah dan nada yang agak kesal. ‘alhamdulillah’ dalam hati
saya sambil mengusap dada. Padahal hari ini aku bebas dari tugas kuliah, karena
aku mendapat bagian akhir dalam presentasi, jadi agak lebih santai dalam
mengerjakannya. Namun, karena hari ini adalah penantian balasan surat ku, jadi
aku tidak mau diganggu oleh siapa pun, dan mudahan Indi datang ke kos ku dengan
membawa berita gembira buat ku. setelah wanita penggoda itu agak jauh dari
pandangan ku, aku pun beranjak menuju kos ku. terasa indah dan berbeda dari
pagi-pagi sebelumnya, ada harapan yang indah yang aku nanti, di mana
kegelisahan dan cinta ku akan terjawab hari ini.
Saat sampai dikamar ku, yang ada hanya satu
dalam pikiran ku, tertuju pada surat pernyataan cinta Ifa kepada ku, surat yang
selalu menjadi penyejuk jiwa ku saat aku menciumnya. Harumnya yang tak pernah
hilang, menjadikan aku tak puas-puas menciumnya. Sang matahari pun tampak dari
ufuk timur, dengan lantang dan gagah memberikan cahaya kehidupan bagi umat
manusia, aku pun demikian, tak habis-habisnya aku berharap, dan tak
henti-hentinya melihat jendela kamar, berharap Indi muncul membawa balasan
surat ku, apalagi Ifa sendiri yang akan mengantarnya, sungguh adalah
kebahagiaan yang tak terkira oleh ku. saat mata tertuju pada jendela, aku
melihat seorang wanita yang sedang berjalan menuju kos-kosan ku, aku mengira
itu adalah Ifa atau Indi. Namun, sayang. Ternyata wanita tersebut adalah
ibu-ibu penjual nasi bungkus keliling. Nasi…, nasi…, suara ibu itu. Nasi…,
nasi… mas, mbak. Saya pun mengambil dompet ku, apakah masih ada uang ku
tersisa…? Untung saja masih ada yang tersisa, walau hanya Rp. 5.000.
Aku pun keluar kamar dan memanggil ibu-ibu
penjual nasi tersebut, untung saja nasi ibu-ibu itu harganya murah, Cuma Rp.
3.500, coba kalau gak, mau dapat apa dengan uang Rp. 5.000. Saat yang bersamaan,
Indi pun datang ke kos ku.
Tori : eh…, indi. Kirain Ifa…! Hehehe…
Indi :
baru datang, langsung bilang gitu, waalaikumsalam…, kek. Walau aku belum bilang
assalamualaikum…! Nada indi agak kesel.
Tori :
iya, maaf…, namanya juga kangen sama ifa… hehe…
Indi :
maaf mu, aku gak terima…
Tori :
segitunya sih indi, entar cantiknya hilang lo…!
Indi :
biarin…, mana juga bisa hilang. Weeeeek…
Ibu-ibu penjual nasi : pacaran kok pagi udah
marah-marahan, gak baik lo…! Mendingan beli nasi ibu biar perutnya gak
keroncongan, mumpung masih anget…!
Indi :
ngapain pacaran ma muka nyebelin kayak dia, gak banget deh buk. Dia Cuma temen
biasa aja kok. Gak lebih, dan gak akan menjadi lebih. Hehe…
Tori :
heemmm…, awas nanti kemakan sama omongannya sendiri.
Indi :
gak bakalan, woooo…, beliin nasi dong, aku juga laper nih Tor…! Pinta indi.
Tori :
hehehe…,
Indi :
kok tertawa, jangan bilang kamu gak ada uang…!
Tori :
emang benar, aku lagi gak punya uang, uang ku Cuma Rp. 5.000. hehe…
Indi :
dasar kamu ini, pelit…
Ibu-ibu penjual nasi : udah, ini nasinya, besok dah kamu
bayar. Ngutang juga gak apa-apa. Yang penting besok dibayar.
Tori :
ma kasih ya, buk…!
Indi : hari gini…, cowok ngutang. Gak deh…!
Tori : namanya juga gak punya uang…, yak an
buk…?
Ibu-ibu penjual
nasi : ya…, gak apa-apa.
Ibu-ibu penjual nasi itu pun pergi, setelah
memberikan dua nasi bungkus kepada saya. Saya pun masuk ke kamar bersama Indi
untuk sarapan bareng.
Indi : kamu gak malu ya, ngutang nasi bungkus…?
Tori : ngapain malu, namanya juga lagi gak
punya uang…!
Indi : dasar cowok tukang utang…, hehe…
Tori :
gak apa-apa, indi mau ngatain aku apa aja boleh, yang penting indi membawa
kabar gembira buat aku.
Indi :
kabar apa…! aku gak bawa kabar apa-apa…! Jawab Indi.
Tori :
jangan becanda deh in…, aku serius nih…!
Indi :
aku juga serius Tor…!
Tori :
jadi Ifa gak nitip surat buat ku…?
Indi :
og masalah itu, bilang dong dari tadi…! Ada nih aku bawa…!
Tori :
ah kamu ini, senangnya buat aku gelisah…!
Indi :
alah…, lebai kamu ini…
Tori :
mana dong suratnya…?
Indi :
gak sabaran banget, makan dulu ah, laper nih…!
Tori :
tapi benaran kan, kamu bawa surat untuk ku dari Ifa…?
Indi :
ya, ngapain aku bohong. Gak ada manfaatnya tau…, ayok dong kita makan, aku dah
laper banget nih, loem makan tadi malam…!
Tori :
ya…, ya, bentar. Aku ambilin piring dulu, buat alas nasinya.
Setelah saya mengambil piring untuk alas nasi,
kami berdua pun makan dengan nasi bungkus, lauk pauk sederhana, yakni; tempe,
kacang panjang, dan mie. Namun kondisi yang saya rasakan berbeda, terasa lebih
enak nasinya ketimbang saat saya makan sendirian, kehadiran temen, apalagi
temen cewek saat makan memang terasa lebih mengasikkan. Akhirnya setelah makan,
aku pun meminta surat yang dikirimin buat saya dari indi. Setelah indi
memberikannya kepada saya, dengan harapan cemas yang terlihat dari wajah saya,
membuat Indi tersenyum, seolah-olah mau mengolok saya, namun aku tak peduli,
karena surat ini mengalahkan segalanya. Bentuknya dan harumnya masih sama
seperti surat pertama, yang membuat aku semakin yakin bahwa ini adalah jawaban
atas do’a ku.
Saat membuka surat itu, perasaan ku semakin
tidak karuan, dan Indi terus seja mengeluarkan kata-kata olokan kepada ku.
entah ada getaran apa pada surat tersebut, hingga tangan ku gemetaran saat
membukanya. Getaran yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Dengan perlahan,
surat itu ku buka, kemudian membacanya;
Dear Tori
Alamsyah
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Sungguh terasa sejuk dan damai jiwa ini, ketika
membaca surat mu, aku merasa seolah-olah adalah wanita yang paling bahagia
sedunia. Apalagi saat aku mengetahui bahwa engakau juga suka sama saya, dan
kita sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah ini pertanda bahwa
Tuhan akan memberikan kita kesempatan untuk saling memiliki atau tidak,? karena
engaku dan aku memiliki rasa yang sama, rasa yang tak bisa kita ungkapan dengan
kata-kata.
Wahai hamba Allah…, mungkin jawaban ku iya,
bahwa ini adalah pertanda bahwa kita sudah ditakdirkan untuk saling memiliki,
namun aku khawatir apakah engkau akan mencintai ku untuk selamanya, karena kau
tidak mengenal ku seutuhnya, karena kita hanya mengenal perasaan cinta dan
fisik semata, apalagi kita hanya sama-sama melihat dari jarak jauh. Namun, aku
sadar ketika aku mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta kepada mu, perasaan cinta
yang tak bisa aku sembunyikan lagi dari diri mu.
Wahai hamba Allah…, jikalau engkau ingin
mendengar jawaban ku, aku menrima sebagai kekasih hati ku, menerima mu dengan
ketulusan dan apa adanya, bukan karena melihat wajah mu yang tampan, namun dari
tutur bahasa mu dan tingkah laku mu yang sopan kepada ku waktu itu. Namun
sekali lagi, ada satu hal yang aku takutkan dalam diri ku, ketakutan yang akan
membuat ku kecewa, dan engaku juga akan kecewa kepada ku, bahkan kau tidak akan
lagi mau menerima ku apa adanya. Ketakutan itu adalah; kesempatan kita untuk
hidup itu berbeda, karena Tuhan berkehendak lain kepada diri ku.
Wahai hamba Allah…, jika engaku ingin menemui
ku, aku harap engkau datang ke kampus II besok sekita jam setengah lima
(16:30). Karena malam ini, aku ingin meminta petunjuk kepada Allah, agar semua
yang aku rasakan ini tidak sia-sia, karena kondisi ku saat ini antara ‘takut
dan bahagia’. Wahai hamba Allah…, semoga engkau tidak kecewa dengan kata-kata
ku ini, maaf jika aku telah menyinggung mu.
By; Latifa
Anggraini
Setelah aku membaca surat tersebut, perasaan ku
antara ‘bahagia dan heran’, apa maksud dari kata-katanya Ifa…? Namun hal
tersebut tidak aku pedulikan, karena Ifa mau menerima ku menjadi kekasihnya dan
bertemu dengan ku, hal inilah yang aku tunggu-tunggu. Ifa…, oh Ifa, I Love You,
guman ku dalam hati, sambil mencium surat tersebut. Saat aku menciumnya dengan
penuh hayatan, tiba-tiba Indi mengejutkan ku, memukul pundak ku dengan
tangannya, dan hal tersebut membuat ku terkejut setengah mati. Hayooooo…,
ngapain baca surat sambil merenung dan menciumnya seperti orang gila…? Tanya
Indi. Ah…, kamu ini, mau tahu urusan orang aja. Jawab ku sambil memasukkan
suratnya Ifa kedalam lemari.
Waktu sudah menunjukkan jam Sembilan lebih lima
belas menis (09:15), menandakan lima belas menit lagi kami masuk kuliah, aku
dan Indi bersiap-siap menuju kampus IAIN tercinta, terutama fakultas Dakwah dan
Komunikasi, lebih utamanya lagi adalah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI). Setelah bersiap-siap, aku dan Indi pun berangkat bersama-sama, dengan
menggunakannya motor Indi, agar bensin motor ku gak habis, maklum lagi kangker
(kantong kering). Setelah kami sampai di kampus, ternyata dosen Ilmu
Komunikasi belum datang, dan waktunya juga masih sekitar tiga menit
untuk masuk keruangan kelas.
Saat saya dan Indi berada di depan pintu
ruangan, pintu tersebut tertutup dengan rapat, hal tersbeut membuat saya merasa
cemas, namun ketika kami membukanya, tiba-tiba temen-temen kelas semuanya
berteriak, dengan mengatakan “horeeeee…, selamat ya, ternyata kalian udah
jadian, semoga langgeng dan lengket terus”. Siapa yang udah jadian...? kalian
salah paham deh terhadap kami. Jawan saya, mengkonfirmasi kepada temen-temen
saya bahwa saya tidak pacaran sama sekali dengan Indi. Indi pun kelihatan
heran, apalagi saya. Mungkin karena kedekatan ku, akhir-akhir ini sama indi,
sehingga temen-temen ku mengira bahwa kami telah jadian. Padahal kedekatan ku
sama Indi, karena saya suka sama temennya Indi.
Setelah mereka mengucapkan selamat kepada kami
karena salah paham, akhirnya dosen Ilmu
Komunikasi pun datang untuk memberikan mata kuliah perdana. Akhirnya,
teriakan ucapan selamat pun sepi, tidak ada yang bersuara lagi. Dosen pun duduk
dengan happy, dan kami pun akhirnya mendengar dengan seksama beberapa
penjelasan dan perkenalannya kepada kami. Dosen yang luar biasa, dengan background ilmu komunikasi dari S1
sampai S2. Dan hal tersebut semakin membuat kami merasa yakin bahwa kami tidak
salah jurusan. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam adalah jurusan yang akan
mengantarkan kami menuju kesuksesan.
Setelah selesai perkenalan, perkuliahan pertama
pun berakhir dengan tepuk tangan yang meriah dan kebahagiaan yang kami rasakan.
Perkuliahan perdana Ilmu Komunikasi memberikan inspirasi baru bagi kami semua, jika
ingin sukses ‘jangan menunggu orang lain berlari, baru kita memulai’. Inilah saatnya
mewujudkan cinta-cinta agar berguna bagi bangsa dan Negara, terutama bagi
keluarga (orang tua). Tori…, aku pulang duluan ya, soalnya ada yang harus aku
kerjakan dikos. Pinta Indi. Emang mau ngerjain apa…? Jawab saya. Ada deh…, itu
urusan cewek. Jawabnya sambil tersenyum. Oke…, hati-hati ya, bentar lagi juga
aku mau pulang. Jawab ku. Indi pun beranjak pulang bersama Fifit.
Setelah Indi pulang, temen-temen yang lain pun
ikut pulang, tinggal saya dengan Dika, temen kelas yang super gokil, dan penuh
dengan humoris, temen ku ini adalah cowok yang paling disukai didalam kelas,
karena ada aja kelucuan yang dibuatnya hingga kelas terasa ramai dan tidak
membosankan.
Tori : hey bro…, kamu gak pulang…?
Dika : gak nih…, mau cari sesuatu di Om Google…! Kamu
gak pulang juga…?
Tori :
sama bro…, aku juga mau cari artikel tentang ilmu komunikasi nih di om Google…
Dika :
ilmu komunikasi…, apa ilmu komunikasi. Jangan-jangan cari cewek di Facbook…!
Tori :
gak lah bro…, benaran nih, aku mau cari artikel tentang ilmu komunikasi…,
jangan-jangan kamu ya lagi buka FB, bukan google…?
Dika :
ya nih, biasa cari sensasi sama cewek-cewek kenalan baru. Hehehe…
Tori :
dasar tukang FB-an. Coba lihat…?
Dika :
ini kan…, lagi buat status…!
Tori :
wooww…, lebay banget status mu, entar semua cewek pada klepek-klepek…!
Dika :
mudahan bro…, biar gak jomblo terus…, hehehe…
Tori :
oh ya…, dik. Aku pulang duluan ya, ada yang harus aku selesaikan di kos…!
Dika :
tega kamu Tor tinggalin aku sendiri…!
Tori :
bukannya begitu…, tapi benaran nih, ada yang penting yang harus aku selesaikan
di kos…!
Dika :
ya dah, aku juga bentar lagi nih.
Tori :
oke dah bro…, moga dapet cewek di FB…!
Dika :
thanks bro…, godluck juga buat kamu.
Tori :
thanks juga bro…
Saya pun berangkat pulang duluan, meninggalkan
Dika sendirian sendirian facebookan diruang kelas. Sebenarnya tidak ada yang
aku mau kerjakan, namun aku masih penasaran dengan isi suratnya Ifa, surat yang
membuat aku bahagia dan bingung dengan kata-katanya “kesempatan kita untuk
hidup berbeda, karena Tuhan berkehendak lain kepadanya” dan hal ini membuat ku
menjadi tidak tenang walau Ifa telah menerima cinta ku dan mau bertemu besok. Sebenarnya
hari ini, aku pingin sekali bertemu dengannya, bercanda, dan melihat senyum
indahnya. Namun disisi lain, aku harus menahan kesabaran ku agar Ifa betul-betul
tidak menganggapkan terlalu agresif
jadi cowok.
Aku pun beranjak pulang sendirian, karena Indi
pulang duluan, akhirnya aku harus jalan kaki, kos ku juga tidak terlalu jauh
dengan kampus, sehingga gak terlalu capek, itung-itung olah raga siang. Diperjalanan
pulang, kejadian yang tak diinginkan terjadi diperempatan belakang kampus,
seorang bapak tua ditabarak sama seorang pengendara sepeda motor, untung saja
bapak tua tersebut tidak terluka parah, dan pengendara motor juga tidak
apa-apa. Namun karena pengendara motor tersebut merasa bersalah, ia pun
memberikan sejumlah uang kepada bapak tua tersebut sebagai ucapan minta
maafnya. Bapak tua yang dikasih uang,
juga merasa tidak hati-hati, dan tidak mau menerima uang tersebut, namun karena
pengendara mengatakan ikhlas kepada bapak tua tersebut, akhirnya ia mau
menerima uang itu, dan saya pun kembali melanjutkan perjalanan pulang setelah
melihat kejadian itu.
Sebelum sampai di kos, adzan zuhur pun
berkumandang dan membuat ku harus mengehntikan langkah ku menuju kos, melainkan
menuju mushola untuk sholat berjamaah. Selesai sholat, aku pun kembali ke kos
untuk istirahat sambil merenungi apa makna dari kata-katanya Ifa. Setelah sampai
kos, aku pun mengambil surat tersebut dan membacanya berulang-ulang kali, namun
masih saja makna tersebut menjadi pertanyaan dalam benak ku. Oh…, Tuhan. Apa makna
semua ni…? Guman ku dalam hati, sambil memeluk surat itu di dada ku, dan tanpa
sadar aku pun terlelap dengan puas, dan bangun sebelum adzan Asyar.
Malam ku pun, tidak jauh beda degan malam-malam
kemarin, malam yang indah dan penuh kebahagiaan dan harapan, namun mala mini ditambah
dengan kebingungan yang datang dari Ifa, bukan kebingungan sepeti biasa yang
datang dari diri ku sendiri. Sungguh ini adalah kebahagiaan ku yang terindah,
namun harus ditampar dengan pelan oleh kata-kata yang tak ku mengerti maknanya,
akan tetapi, yang jelas bahwa cinta ku sudah tidak bertepuk sebelah tangan,
disambut dengan cinta tulus dan apa adanya. Sehinga ku biarkan saja perasaan
itu berkembang agar aku mendapatkan jawabannya dari Ifa dan berharap Ifa datang
dalam mimpi ku dan menjelaskannya agar aku bangun dengan wajah yang tidak
penasaran.
Jika ada belum membaca kisah sebelumnya klik
disini (Hari
Pertama) dan (Hari
Kedua)
Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :
0 komentar:
Posting Komentar
Hey…, sahabat-sahabat bloger, semoga sukses selalu dalam berkarya melalui tulisan… Jangan lupa meninggalkan jejak anda di blog saya ini. Terima kasih.