Dalam hidup ini, semua orang memiliki sosok yang
disukai, entah dalam negeri maupun luar negeri. Namun, saya yakin bahwa
sesungguhnya seorang anak atau generasi muda, sosok pemimpin sejatinya adalah
bapaknya, termasuk saya. Bapak saya adalah seoarang bapak sejati yang tidak
pernah memperlihatkan kemarahannya kepadasaya, adik-adik saya, dan kakak-kakak
saya. Ketika ada masalah dalam keluarga, beliau lebih baik menghindar diri dan
tersenyum sambil mengatakan ‘nanti kita bicarakan masalah ini setelah dalam
keadaan tenang’, yang pada akhirnya permasalahan selesai dengan bahagia.
Semenjak kecil, saya dan saudara saya, tidak
pernah merasakan pukulan dari tangan beliau, karena prinsip beliau adalah lebih
baik mengatasi masalah dengan menghindar ketimbang harus menyelesaikannya
dengan kekerasan, apalagi dengan cara memukul anak, sehingga tak ada satu pun
dari kami yang berani melawan dan membantah apa yang dikatakan oleh beliau.
Wibawanya sebagai seorang bapak begitu melekat tertanam pada diri kami, murah
senyum dan sederhana adalah bagian kehidupannya dalam sehari-hari. Salah satu
ajaran yang sampai saat ini melekat dalam diri saya adalah arti persahabatan,
beliau mengatakan ‘jika kamu punya temen lima, maka harus bertambah menjadi
enam atau tujuh. Jangan sampai berkurang, karena ketika sahabat berkurang maka
keburukan itu sudah terjadin dalam diri kamu’.
Selain itu, kata-kata beliau yang selalu
diucapkan adalah ‘mun endek te kadu ulum
jek endekm mak tao bejari (bahasa sasak)’ artinya; ‘jika kepala tidak
digunakan untuk berpikir (secara luas), maka jangan berharap untuk mendapatkan
kesuksesan’. Sebuah kata-kata yang sederhana namun memiliki makna yang luas,
dan hal tersebut saya rasa benar apa adanya. Pikiran adalah raja dalam diri
kita, raja yang memerintahkan seluruh anggota badan untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan pikiran itu sendiri, contoh sederhana ketika perut lapar. Atau
pun berpikirk dalam berbisnis maupun dalam menempuh dunia pendidikan, dan
pelaksanannya adalah badan kita sendiri. Oleh karena itu, jika pikiran, kita
biasakan hanya berpikir hura-hura saja, maka akan terlihat hasilnya dengan
sendirinya, namun jika pikiran diajak untuk berusaha untuk mendapatkan
kesuksesan, maka hasilnya juga akan terlihat dengan sendirinya.
Beda lagi dengan ibu saya, ibu yang pemarah
namun marahnya bukan karena tidak sayang, melainkan untuk mengajarkan kami
menjadi anak yang tegar dan tidak putus asa, mendidik penuh dengan ketegasan,
dan tidak pernah mengajarkan kami menjadi anak yang sombong. Dan hal tersebut
terbukti pada kakak-kakak saya yang begitu gigih dan tidak pernah putus asa
dalam mencari nafkah bersama suaminya. Mereka sudah merasakan bagaimana arti
pentingnya ajaran ibu yang keras dan penuh makna, walau kami sering
mengartikannya bahwa ibu tidak memiliki kasih sayang kepada kami, namun hal
tersebut hanyalah keegoisan kami yang tidak mengerti akan maksud dan tujuan
beliau.
Dan kini…, kedua orang tua kami telah banyak
memberikan inspirasi dalam hidup kami, terutama dalam mengenal dunia, cara
hidup, serta bagaimana memaknai perjalanan hidup agar tidak menjadi sia-sia. Nasehat-nasehatnya
akan terus kami bawa sebagai panduan hidup agar tak terjerumus kedalam hidup
yang tak bermakna.
terima kasih wahai bapak dan ibu, terima kasih
atas kasih sayang yang selama ini engkau berikan kepada kami, nasehat mu akan
menjadi nasehat ku pada cucu-cucu mu kelak, agar mengenal sosok kakek dan
neneknya yang begitu sederhana namun dapat memberikan kebahagiaan yang luar
biasa.
Please...Share dong Sob, jika Sobat menyukainya :
0 komentar:
Posting Komentar
Hey…, sahabat-sahabat bloger, semoga sukses selalu dalam berkarya melalui tulisan… Jangan lupa meninggalkan jejak anda di blog saya ini. Terima kasih.